Sabtu, 19 Maret 2011

Kelak Bumipun Akan Kita Tinggalkan



Benarkah manusia semakin merasakan kenyamanan hidup di tengah abad yang serba berkemas capaian teknologi tinggi tanpa resiko yang ,mengancam eksistensi kita sendiri. Seperti halnya pemanfaatan nuklir untuk berbagai sendi kehidupan, seperti pembangkit tenaga listrik, militer dan lain sebagainya. Ancaman eksistensi manusia itu diawali dengan dampak kecerobohan manusia terhadap pemanfaat unsure radioaktif, tak terkendalinya zat buang penyebab rumah kaca dan polutan lainnya.

Polutan yang akhir akhir ini menjadi sorotan para ilmuwan dan pencinta lingkungan adalah polusi radioaktif. Polusi Radioaktif didefinisikan sebagai pelepasan partikel radioaktif yang berenergi tinggi ke air, udara atau ke bumi, yag disebabkan oleh aktifitas manusia. Sumber sumber zat polutan tersebut bisa berasal dari : 1. Uji coba senjata nuklir, 2. Penggunaan bahan bakar nuklir, yang didalamnya terdapat siklus pengadaan (penambangan unsur radioaktif), pemisahan dan produksi materi nuklir pada sistim nuklir sebagai sumber enerji 3. Kebocoran pada pusat tenaga nuklir, seperti yang terjadi di Jepang Fukushima Daichii akhir akhir ini, Chernobyl dan Three Miles Island Amerikam 1979. Menteri Kesehatan Jepang Yojo Komiyama, mengatakan anggota tim teknisi di PLTN tersebut menghadapi radiasi radioaktif lima kali lebih tinggi dari ambang batas, yakni 250 millisieverts. Para akademisi dan ahli nuklir menyatakan krisis yang terjadi di Fukushima jauh lebih besar ketimbang yang terjadi di Three Mile Island tahun 1979.

Efek radioaktif yang mengkontaminasi tubuh organisma hidup bisa berakibat demikian seriusnya, salah satunya adalah efek biologis ( kanker dan penyakit kronis) yang berkesinambungan. Hal ini karena kontaminasi radioaktif bisa berlangsung hingga berabad abad. Hal ini diperparah lagi dengan capaian teknologi manusia yang mampu menukil unsur radioaktif murni yang berasal dari unsure alam. Problem utama yang mampu mengancam eksistensi species manusia di muka bumi ini, adalah belum mampunya kita meredamkan effek radiasi ini. Pada gilirannya nanti, justru bumilah yang menjadi korban super egonya kita sendiri dan kehilangan daya dukungnya sebagai penyangga sumber daya alam dan hayati.

• Planet Sebagai Tempat Tinggal Alternanif

Untuk itulah manusia (Negara Negara beriptek canggih) mencoba terus melakukan ekspedisi untuk mensiasati keramahan planet selain bumi di sistim tata surya kita. Contohnya adalah aktifitas The European Space Agency (ESA) yang telah menyeleksi 4 misi baru untuk berkompetensi pada rencana peluncuran pesawat ruang angkasa yang akan dimulai tahun 2020 nanti. Misi misi tersebut diutamakan untuk aspek yang luas, seperti penelitian lubang hitam, sampel asteroid, studi tentang orbit planet dan bintang bintang yang jauh.


Nama nama untuk rencana penjelajahan tersebut telah disiapkan, antara lain - Loft, STE-Quest, MarcoPolo-R, dan Echo – Nama kode misi bisa berubah setelah mereka terpilih dari seleksi. Menurut Fabio Favata direktur Esa's Science Planning and Community Coordination Office, kantornya telah menerima 47 proposal. Konsep misi misi tersebut bersama sama dengan peneliti dari luar Eropa, yaitu :
Large Observatory For X-ray Timing (Loft): Merencanakan misi setelah pergerakan menuju black hole dan meneliti lingkungan berenerji tinggi di sekitar black hole, yang kaya akan neutron dari bintang dan pulsar, keduanya adalah materi yang dapat menghasilkan berkas sinar X. Dengan penelitian emisi ini, ilmuwan dapat menjawab petanyaan berhubungan dengan fisika fundamental, mereka juga dapat mengungkapkan efek bila materi memasuki mean gravitasi yang kuat. Mereka juga dapat mengukur lebih akurat massa dan pusingan black holes. Black hole inilah yang disepakati sebagai obyek terbesar di jagad raya.

Space-Time Explorer and Quantum Equivalence Principle Space Test (STE-Quest): Misi ini bertujuab mempelajari obyek obyek fisika. Salah satu dari konsep di atas perlu di uji dengan "the equivalence principle", yang menjadi penunjang asumsi fundamental, termasuk pendapat bahwa gravitasi dapat mempercepat semua objek dalam ruang vakum, meski objek objek tersebut belainan masanya. Dave Scott astronot Apollo 15 pernah endemonstrasikan masalah tersebut diatas , ketika dia menjatuhkan sebuah palu dengan bulu di bulan pada tahun 1971.

MarcoPolo-R: Misi yang diprogramkan adalah mengambil sampel asteroid dan mengembalikan ke bumi, tetapi tidak ntuk asteroid yang telah lama terbentuk (primitive asteroid). Hal ini karena pada hampir semua asteroid purba mengandung geochemistry yang tidak bisa dianalisa di bumi. Asteroid mampu dijadikan referansi tentang kondisi awal terbentuknya Tata Surya (Solar System), serta materi awal sebagai bahan pembentuk planet milyaran tahun lalu. Salah satu asteroid yang menjadi sasaran Marco Polo adalah (175706) 1996FG3. Ukuran batu ini mencapai diameter maksimal 1,5 km.

Exoplanet Characterisation Observatory (Echo): Proyek ini menggunakan teleskop 1,2 m diameternya yang digunakan untuk mempelajari planet yang jauh dari matahari. Planet planet terseut disebut dengan eksoplanet. Hingga kini kita belum tahu informasi planet tersebut. Kejasama antara AS dan Negara Negara Eropa tentang penjelajahan ke planet MARS telah ditangguhkan, sesuai dengan permintaan pemerintah AS yang mengajukan keberatan pendanaan. Swpweti diketaui, bahwa mereka berdua sepakat untuk mengirimkan 2 kendaraan penjelajah ke Panet Merah tersebut pada tahun 2018. Meski Negara Eropa telah selesai merancang kendaraan penjelajah tersebut.
Menurut laporan US National Research Council dengan besar dana yang dianggarkan sebesar 3,5 juta dolar AS dinilai cukup tinggi. Padahal mereka telah memasuki tahap penjelajahan planet planet, namun dengan demikian program ini ditunda sampai batas yang belum diketahui. Oleh karena itu mereka memutuskan untuk memodifikasi atau memastikan dengan dana yang dianggarkan, sesuai dengan situasi pentingnya misi penjelajahan tersebut.

.Nampaknya kesepakatan tersebut belum menemukan sesuatu yang diharapkan bersaman tetapi di satu sisi Nasa dan Esa mereka memiliki kepentingan untuk menjelejahi dan mendaratkan kendaraan mereka di Mars. Mereka memiliki keyakinan adanya misi Mars dengan biaya 2,5 juta Dol;lar AS.

• Penelitian Batuan Benda Angkasa

Professor Squyres, dari Cornell University, telah melaporkan kerja timnya yang dinamakan Vision and Voyages for Planetary Science in the Decade 2013-2022 pada Lunar and Planetary Science Conference (LPSC) in the Woodlands, Texas pada Bulan Maret tahun ini.

Meskipun mereka hanya mengajukan rekomendasi tentang kepentingan luas dari program AS planetary science community dan memberikan konsultasi tehnik pada program NASA. Terutama ambisi NASA dan Esa untuk mengambil contoh batu di Mars dan dipelajari di bumi, Sehingga program tersebut di atas bakal diintensifkan dan direalisasikan tahun 2018. Sementara itu program ExoMars (kendaraan robot Mars) Eropa, diutamakan pada penjelajahan permukaan Mars untuk meneliti kemungkinan adanya kehidupan. Mereka juga melakukan uji coba kendaraan robot penjelajah buatan Amerika (Max-C), yang bertugas menhambil batu Mars

Ide untuk membawa . ExoMars dan Max-C dalam satu roket untuk bersama mmelakukan pendaratan di Mars, harus disesuaikan keadaan AS dalam ruang lingkup peninjuan kembali proyek ini. Permohonan peninjuaan ini digagas oleh Kongres AS untuk mengurangi dana proyek iniuntuk 5 – 6 tahun mendatang.
• Stasiun Ruang Angkasa Internasional
Pesawat ruang angkasa milik Sovyet Soyuz telah melakukan docking (merapat) dengan Stasiun Ruang Angkasa Internasional (International Space Station ), paada tanggal 17 Desember 2010 silam. Pesawat tersebut membawa tiga personil laboratorium angkasa. Soyuz diluncurkan dari Kazakhstan pada Hari Rabu 17 Desember 2010 yang diawaki Wednesday Catherine Coleman dari AS, Dmitry Kondratyev dari Rusia dan Paolo Nespoli dari Italia. Docking berlangsung di ketinggian 355 km di atas West Africa.
Dua astronot Rusia dan satu dari Amerika telah terlebih dahulu menempati ISS, sehingga sekarang kesemua awak Soyuz tersebut berjumlah 6 astronot. Setelah th 2011, telah disepakati bersama hanya Soyuz, yang bisa mengangkut krew ke ISS.
• Mencari Isyarat Kehidupan di Benda Angkasa

Ilmuwan hingga naskah ini disusun belum menemukan bukti yang kuat tentang dugaan pegunungan es yang ada di Titan Bulan Terbesar Planet Saturnus, demikian laporan BBC News seksi iptek. Peralatan untuk pengamatan benda angkasa luar, yang disebut The Casini telah menemukan bintik (gunung) yang berketinggian 1500 meter dengan celah di tengahnya yang sangat dalam, yang terlihat seperti parit raksasa untuk mengalirankan material yang ada disekelilingnya.

Tampakan gunung tersebut yang diberi nama The Rose, telah dilihat dengan radar inframerah jarak jauh. Titan telah lama diduga sebagai benda langit yang kaya akan gunung (cryovolcanoes), tetapi karena tajamnya atmosfer Titan terhadap kehiduypan manusia, maka kebenaran ini sulit untuk dibuktikan. Dan berdasarkan penelitian ini para ilmuwan menjadi penasaran tentang aktifitas gunung di Titan dan juga termasuk jenis lavanya

Sebagian besar lapisan luar Titan adalah air es dan Ammonia, oleh karena itu mereka menduga bahwa kedua zat tersebut mungkin dimuntahkan oleh gunung tersebut yang memiliki suhu rendah, demikian pernyataan Dr Randy Kirk, salah seorang ilmuwan team radar Cassini dari US Geological Survey (USGS). Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa material yang ada di Titan bukan material organic, mungkin saja hanya zat lilin atau bahan plastic.

Sebelum penemuan ini memang telah diduga bahwa terdapat gunung es di Titan, tetapi pendapat ini belum mendapat dukungan Internasional karena kendala fidik berupa temperature atmosfer Titan yang mencapai – 180 derajat Celsius.
Voyager 1, pesawat ruang angkasa yang paling jauh berkelana di luar bumi, kini pada tanggal 14 December 2010, telah mencapai batas Sistim Solar kita di alam semesta ( Last updated at 04:43 GMT) . Sehingga kini Voyager menempuh jarak 17.4 milyar km (10.8 milyar mile) dihitung dari bumi.

Dalam pengembaraan ini Voyager berhasil mendeteksi perubahan aliran partikrl partikel yang mengelilinginya, partikel tersebut berasal dari matahari, hal ini menunjukan bahwa Voyager berada lebih dekat dengan ruang interstellar ruang angkasa, atau ruangan di jagad raya yang berada diantara 2 bintang.
Dr. Edward Stone, seorang ilmuwan Voyager (Voyager project scientist), menyatakan bahwa pengembaraab dan penerapan iptek berhasil diperoleh setelah 33 tahun peluncuran Voyager ( Diluncurkan tahun 1976 ). Selanjutnya Dr Stones menjelaskan bahwa hingga kini kita tidak memiliki pengetahuan hingga sampai jarak berapa kita mampu menginjakan kaki di luar batas tata surya kita. Pernyataan tersebut disampaikan pada forum “the American Geophysical Union (AGU) Fall Meeting”, sebuah organisasi ilmuwan tentang bumi yang terbesar di dunia.
• Penjelajahan Hingga ke Batas Tata Surya
Seperti kita ketahui bersama, bahwa Voyager 1 diluncurkan 5 September 1976 disusul kemudian Voyager 2 pada 20 August 1977. Hasil dari Pengembaraan Voyager tersebut diantaranya adalah pengamatan bagian luar Planet Jupiter, Saturn, Uranus dan Neptune, yang berhasil diselesaikan sempurna pada tahun 1989.
Kedua Voyager berhasil mengamati ruang angkasa secara lebih cermat, khususnya mencoba meneliti tentang pusat Galaksi Jalan Susu. Dengan tenaga panel radioaktif mereka berhasil mengirim data berkesinambungan ke bumi, meski karena jarak yang jauh komunikasi gelombang radio memerlukan waktu selama 16 jam.
Hasil observasi terakhir dari Voyager 1 dengan menggunakan peralatan pendektesi partakel ruang angkasa yang bermuatan didapatkan laporan tentang kecepatan partikel solar bermuatan. Alur partikel solar tersebut membentuk sebuah balon/gelembung yang melingkungi tata surya kita yang disebut dengan heliosphere. Badai partikel tersebut bergerak dengan kecepatan "supersonic" hingga membentur “gelombang kejut” atau “termination shock”.
Pada saat badai partikel matahari tersebut membentur terminal shock, maka kecepatan badai akan berkurang drastic dan akan menghangatkan suhu di tempat tersebut sehingga dapat menghangatkan tempat yang disebut sebagai heliosheath. Voyager sekarang telah menemukan tempat yang rendah kecepatan badai matahari tersebut bahkan tak bergerak Dari berbagai Sumber).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar