Jumat, 07 Oktober 2011

OPTIMALISASI RPP BERKARAKTER


Banyak anggota masyarakat kita yang telah mulai jenuh dan khawatir saat menyaksikan tayangan semua stasiun TV swasta ataupun media lainnya tentang tindakan tak terpuji masyarakat kita yang berbentuk tawuran, korupsi, demo anarkis, bentrokan berbagai pihak baik perorangan ataupun antar lembaga strategis. Fenomena tersebut dikhawatirkan mampu menumbuhkan perasaan skeptis masyarakat kita, yang sebenarnya masih berhajat besar dalam pemenuhan kebutuhan pokok mereka, bukan lagi hanya menerima informasi tersebut di atas sebagai hasrat autoritas untuk mengajak kebersamaan dalam memikul tanggung jawab bersama untuk menuju Indonesia ke arah masa depan yang lebih baik.

Namun fenomena yang menyeruak dalam di tengah kita, bagi kalangan dan pemerhati pendidikan akan berpandangan lain lagi. Munculnya gejala tersebut di atas, adalah gejala penetrasi karakter yang gagal selama kita mengenyam pembelajaran dalam wadah pendidikan yang kurang memperhatikan pembentukan karakter (affektif) peserta didik pada semua jenjang. Selama satu kurun waktu kita hanya mengusung pembelajaran yang mengoptimalisasikan aspek kognitif belaka, tanpa menyelaraskan aspek affektif pada peserta didik. Sehingga usungan tersebut menuai hasil lahirnya generasi yang “miskin dalam sematan nilai dasar yang diwariskan nenek moyang kita sebagai bangsa yang santun”

Seharusnya setelah runtuhnya perang dingin antara blok barat dan timur, yang dicirikan dengan kekhawatiran kedua blok akan ekspansi ideology musuh mereka masing, saat persaingan antar bangsa diletakan pada landas pacu supremasi sains dan teknologi, kita tidak terpancing dengan perlombaan tersebut dengan mengesampingkan aspek pembentukan karakter bangsa melalui pembelajaan. Sebab dalam jalinan proses pembentukan karakter, peranan yang ikut menjadi faktor utama pembentukan karakter yang utuh, adalah satuan pendidikan yang mengusung pembelajaran berkarakter, sebagai agent of changing karakter social.

Dengan wacana tersebut di atas akan mencairlah kekhawatiran  semua pihak terhadap runtuhnya jati diri Masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang santun, murah senyum, gemar menolong, terbuka, seka bergotong royong dan seabreg karakter terpuji lainnya. Agar pencapaian tersebut bukan hanya menjadi isapan jempol belakan, maka setiap simpul pembelajaran di tanah air kita haruslah terintegrasikan dengan cermat, dimulai dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibumbui dengan “item” berkarakter.

Sehingga setiap Indikator (ukuran keberhasilan pembelajaran) dan Tujuan Pembelajaran dalam rencana pembelajaran bersendikan pada kejujuran, tanggung jawab, kepedulian sosial dan lingkungan, percaya diri, berkemauan kuat untuk maju, berbudi luhur dan tindakan terpuji lainnya yang melekat kuat pada masing masing sanubari peserta didik kita. Meski proses tersebut tidak mampu kita laksanakan hanya dengan tempo yang singkat. Namun apabila  “kasih sayang” setiap peserta didik dalam penyertaan “unsur karakter” tersebut, maka beberapa decade waktu mendatang kita akan mampu menemukan kembali mahkota sematan bangsa yang santun.

Kiat strategis pendidikan ini, tentunya harus diusung oleh salah satu diantaranya adalah pada pendidik yang berada pada garis terdepan. Oleh karena itu kapasitasi pendidik haruslah dalam kategori “bersertifikasi profesional” dalam cakupan tiga unsur utama, yaitu penguasaan sains, tehnik pembelajaran yang menggelitik dan menyenangkan serta peran social pendidik di tengah lingkungan sosialnya. Dengan peranan social pendidik  
                                                           2
yang bersertifikasi professional, maka dengan pengalaman berkehidupan social yang utuh, mereka mampu menularkan “ tindakan sosial, interaksi social dan komunikasi social” kepada setiap peserta didiknya. Tindakan untuk transfer dan pembudayaan karakter social tersebut harus terselip dalam “tiga pilar” utama Rencana Pembelajaran Pendidikan, yaitu kelihaian pendidik dalam Eksplorasi (penggalian potensi karakter anak didik), Ellborasi (penyampaian tujuan) dan Konfirmasi (tagihan)

Dengan percaya diri dan kemauan yang sungguh sungguh serta sistim perencanaan pembelajaran yang cermat dan sistimatis, maka cita cita luhur yang ditunggu capaianya oleh setiap masyarakat Indonesia, tentunya bisa kita harapkan keberhasilannya. Oleh karena itu setiap perkembangan karakter perorangan peserta didik harus mampu dimonitor pendidik. Monitoring ini sekaligus menjadi sebuah evaluasi, yang tidak hanya evaluasi aspek kognitif. Akan tetapi berujud suatu sistimatika perkembangan karakter perorangan mulai dari tahapan “Belum Tampak” perubahan karakter, “Mulai Tampak”, “Mulai Berkembang” perubahan karakter anak didik kita dan terakhir yang kita harapkan adalah “Mulai Konsisten”peserta didik dalam melekatkan karakter terpuji.

Lantaran tingginya urgensi pembelajaran berkarakter, maka Prof.M.Satuhu, M.Ed (2002) mengharapkan menjadi sebuah Sistim Pembelajaran Nasional Visioner yang memilihi roh “kukuh dalam aqidah, dinamis dalam syariah dan santun dalam kerja pendidikanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar