Selasa, 18 Januari 2011

Konsistensi Sang Pendidik

Siapapun atau lembaga apapun yang berniat memajukan prestasi pendidikan di Indonesia pastilah akan menelibatkan kinerja pendidik, disamping konstituen lainnya yang memberikan konstribusi nyata terhadap kemajuan sistim ini. Sebab meskipun sistim ini di Negara kita belum dilengkapi ruang kelas yang memadai, bahan ajar yang representatif dan factor lainnya yang masih tertinggal dengan Negara lain, peran sang pendidik dianggap sudah cukup untuk memberikan pembelajaran pada peserta didik, karena peran vital sang pendidik inilah yang dianggap paling dominan.

Akan tetapi ketika sang pendidik dihadapkan pada sesuatu aktifitas yang lebih menghasilkan uang ketimbang hanya bergelut dengan instrument pembelajaran yang menjemukan sepanjang hari harinya yang tak memberinya gambaran masa depan yang jelas, tentu saja sang pendidik itu akan memburunya demi sebuah hidup dia dan keluarganya. Apalagi bagi sang pendidik swasta/non PNS yang mendarmabaktikan profesinya di sekolah sekolah swasta.

Inilah gambaran pendidik swasta yang ada di tanah air kita. Meski tunjangan profesi dari Negara telah diperolehnya, yang besarnya sesuai dengan penyetaraan gaji guru PNS melalui program impassing (tunjangan ini diperoleh bila pendidik telah lulus pelatihan profesionalisasi).

Kekhawatiran dari segenap pemerhati pendidilkan nasional apalagi dari otoritas pendidikan di tanah airpun muncul dalam menyikapi life-style (gaya hidup) pendidik tersebut, yang sudah barang tentu menempatkan tugas moral dalam ranah pencerdasan anak bangsa menjadi tujuan sampingan. Padahal di lain pihak kita telah sepakat bahwa mengusung sebuah kemajuan yang berarti untuk bangsa dan Negara haruslah dimulai dari komponen pembelajaran nasional sedini mungkin. Kita sedang tidak lagi nerniat menjadi penonton kebangkitan bangsa lain, yang kita sendiri sebenarnya mampu melakukan. Namun bila pembelajaran semya anak bangsa dilangsungkan oleh sebagian besar pendidik yang belum intend dengan tugas moralnya. Lantas kapan Bangsa Indonesia akan lagi berkemas dengan kemegahan yang diakui bangsa lain pada masa masa lampau.

Minimal sebuah langkah urgen perlu dicanangkan lebih tajam dan mengena demi sebuah moralitas pendidik yang konsisten. Meski berbagai stimulus dari Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) telah meluncur ke hadapan pendidik, seperti himbauan menulis bahan ajar atau karya ilmiah, lomba peraga, penelitian ilmiah mengenai pendidikan dan diskusi/seminar/workshop ilmiah. Namun belum banyak program tesebut mampu menggiring sejumlah pendidik untuk benar benar loyal terhadap profesinya atau lebih essensi lagi menyematkan kembali emblem mulia kepada sang pendidik. Sehingga langkah urgent tersebut di atas mampu diantisipasi oleh pendidik seantero Bumi Nusantara untuk lebih bergairah lagi dalam binaan pencerdasan anak bangsa.
Guru atau lebih menantang lagi dengan istilah pendidik, secara etimologi brasal dari Bahasa India yang berarti “berat”, berat dalam hal tugas moral, tahapan yang harus dicapainya atau segala sesuatu yang bertanggung jawab dengan kemajuan muridnya. Apalagi predikat guru/pendidik professional di jaman globalisasi di tengah keterpurukan multidimensional Negara kita yang sarat dengan perkara kemorosotan moral. Tugas seorang pendidik tentunya akan lebih berat lagi. Gairah sang pendidik dalam membekali peserta didik untuk menghadang segala macam persaingan dengan Negara lain di kancah perdagangan, kemajuan iptek, ketergantungan bangsa kita dengan lainnya.

Sudah barang tentu siapa saja yang telah pada awalnya berkecimpung sebagai seorang pendidik, tentunya kendala internal (tehnik pembelajaran) serta eksternal telah bisa diresapi betul betul oleh semua kalangan pendidik di Negara kita, khususnya bagi pendidik non PNS. Hanya yang pasti apapun kendala yang memusari profesionalisasi pendidik, kita sebaiknya tidak perlu untuk menyisihkan aspek ‘penuh gairah” dalam memfasilitasi peserta didik yang kita bimbing.

Wacana tersebut di atas memang terasa sangat berarti bila kita hadapkan pada kepentingan kita semua pada perhelatan pedagogy beberapa bulan mendatang yang berupa Ujian Nasional untuk semua jenjang pendidikan. Konsistensi pendidik di depan kelas sangat memegang kunci keberhasilan anak anak kita.

Semangat untuk tetap bergairah dalam memfasilitasi bahan ajar untuk anak kita adalah bukan hanya untuk kepentingan UN saja namun dalam cakupan yang lebih luas lagi, yang berujung pada pembentukan karakter generasi muda pengusung masa depan bangsa ini. Bila predikat setiap pendidik dihadapkan pada masalah se-urgent ini, maka genaplah sudah tugas moral yang harus selalu disertakan oleh setiap pendidik dimana, siapa dan apapun statusnya.

Oleh karena itu kiat yang dicanangkan oleh Disdikpora dalam meraih kesuksesan optimalisasi tugas moral pendidik seantero Bumi Nusantara ini adalah peletak dasar utama untuk ancang ancang bangsa ini guna melompat beberapa langkah kedepan, tanpa ada lagi pendidik baik yang PNS mauoun non PNS untuk melangkah setengah setengah karena kendala tersebut di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar