Selasa, 22 Maret 2011

Autis SahabatKU


Autism adalah penyimpangan perilaku yang dimulai pada anak berumur 21/2 tahun. Penderita Autis sebagian besar adalah anak yang berpenampilan normal, tetapi dalam keseharianya terlihat berperilaku aneh dan membingungkan, yang secara nyata berbeda dengan anak anak lainnya.

Setidak tidaknya anak ini harus didiagnosa dengan metoda Pervasive Developmental Disorder (PDD) atau dengan Asperger's Syndrome (untuk anak yang mampu berbicara tetapi memiliki perilaku autistic social).

Terapi seperti tersebut di atas berguna agar kita mampu menerima anak ini. Bukankah ini sebuah kabar baik bahwa terdapat pilihan terapi yang luas dan dapat menolong kita. Beberapa upaya pertolongan mampu meringankan beban anak ini, dan untuk anak lainnya hanya mampu sebagian berkembang positif, tetapi upaya itu setidak tidaknya perlu dilakukan oleo orang tua dalam hal penanganan biomedical. Perlu diketahui bahwa telah ad 25.000 orang tua di dunia yang membuahkan hasil secara efektif dalam menggunakan metoda tersebut untuk penanganan putra putranya.

ARI's Diagnostic Checklist , metoda ini dikembangkan oleh Dr. Bernard Rimland untuk mediagnosa anak yang mengalami gejala Kanner ( Kanner's syndrome ), sebuah metoda yang disebut dengan 'classical autism'. Banyak orang tua dan pendidik professional yag menggunakan E-2 checklist, untuk membantu diagnosa autis berskala menyimpang atau autism spectrum disorder (ASD).

Jumlah Penderita Autis ? Untuk beberapa decade autis terhitung masih jarang, hanya ada sejumlah 5 dari 10.000 anak. Tetapi mulai decade 1990-an autis meluas hingga 60 dari 10.000 anak dan anak laki laki lebih banyak proporsinya.

Penampilan Autis? Usia saat penanganan Autis ini mempengaruhi penderita secara khusus, semakin awal anak ini ditangani semakin baik untuk melakukan prognosis. Beberapa tahun kemudian, lebih baik diperlakukan dalam sekolah khusus dan tempat bermain (aktifitas sehari-hari) dalam suasana yang diatur sedemikian rupa. Oleh karena itu sebagian besar penderita autis diperlakukan sedemikian rupa sehingga mereka mampu berkomunikasi dengan social disekelilingnya.

Senin, 21 Maret 2011

Protein Sel Otak Penyebab AUTIS


Dewasa ini para ilmuwan dari Duke University in North Carolina berhasil menunjukan adanya protein tunggal dalam sel otak, yang menyebabkan autis pada tahap gangguan efektifitas komnunikasi. Team ini telah melakukan uji coba dengan menggunakan tikus yang mengalami mutasi gen yang mengontrol produksi protein. Protein tersebuk kemudian dinamakan SHANK3

Tikus tersebut mengalami masalah social dengan komunitasnya, dan bersikap pendiam tidak nampak interaksi dengan kelompoknya, kedua sinyalemen tersebut adalah tanda tandfa yang dialami oleh penderita autis. Dengan penemuan ini paling tidak kita mengetahui cara kita dalam menyembuhkan penyakit autis. Autis adalah penyimpangan dengan tingkat yang bervariasi, yang secara umum berhubungan dengan kemampuan anak anak melaklukan komunikasi dan interaksi social.


Sedangkan hingga sekarang peranan sejumlah gen yang memiliki link dengan autis, temasuk juga kombinasi generiknya, biokimia serta factor lingkunganlainya belum berhasil ditemukan. Shank3 ditemukan dalam bagian otak yang disebut synapses - adalah bagian diantara sel sel otak (neuron) yang mengatur komunikasi social organisma.

Dengan penemuan tersebut sekaligus kita mampu mengetahui ketelitian jaringan otak yang mengontrol sikap yang menyimpang tersebut. Sementara itu Dr Guoping Feng dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) berhasil menganalisa otak hewan dan menemukan rangkaian otak antara cortex dan striatum. Hubungan antar kedua bagian tersebut bertanggung jawab terhadap perilaku dan komunikasi social pada organisma.
Peneliti Shank3 menyatakan bahwa mereka meneliti Shank3 hanya untuk mengetahui peranan protein tersebut dalam mengontrol se,ua perilaku social organisma.(BBC News, 21 Maret 2011)

Minggu, 20 Maret 2011

Sabtu, 19 Maret 2011

Kelak Bumipun Akan Kita Tinggalkan



Benarkah manusia semakin merasakan kenyamanan hidup di tengah abad yang serba berkemas capaian teknologi tinggi tanpa resiko yang ,mengancam eksistensi kita sendiri. Seperti halnya pemanfaatan nuklir untuk berbagai sendi kehidupan, seperti pembangkit tenaga listrik, militer dan lain sebagainya. Ancaman eksistensi manusia itu diawali dengan dampak kecerobohan manusia terhadap pemanfaat unsure radioaktif, tak terkendalinya zat buang penyebab rumah kaca dan polutan lainnya.

Polutan yang akhir akhir ini menjadi sorotan para ilmuwan dan pencinta lingkungan adalah polusi radioaktif. Polusi Radioaktif didefinisikan sebagai pelepasan partikel radioaktif yang berenergi tinggi ke air, udara atau ke bumi, yag disebabkan oleh aktifitas manusia. Sumber sumber zat polutan tersebut bisa berasal dari : 1. Uji coba senjata nuklir, 2. Penggunaan bahan bakar nuklir, yang didalamnya terdapat siklus pengadaan (penambangan unsur radioaktif), pemisahan dan produksi materi nuklir pada sistim nuklir sebagai sumber enerji 3. Kebocoran pada pusat tenaga nuklir, seperti yang terjadi di Jepang Fukushima Daichii akhir akhir ini, Chernobyl dan Three Miles Island Amerikam 1979. Menteri Kesehatan Jepang Yojo Komiyama, mengatakan anggota tim teknisi di PLTN tersebut menghadapi radiasi radioaktif lima kali lebih tinggi dari ambang batas, yakni 250 millisieverts. Para akademisi dan ahli nuklir menyatakan krisis yang terjadi di Fukushima jauh lebih besar ketimbang yang terjadi di Three Mile Island tahun 1979.

Efek radioaktif yang mengkontaminasi tubuh organisma hidup bisa berakibat demikian seriusnya, salah satunya adalah efek biologis ( kanker dan penyakit kronis) yang berkesinambungan. Hal ini karena kontaminasi radioaktif bisa berlangsung hingga berabad abad. Hal ini diperparah lagi dengan capaian teknologi manusia yang mampu menukil unsur radioaktif murni yang berasal dari unsure alam. Problem utama yang mampu mengancam eksistensi species manusia di muka bumi ini, adalah belum mampunya kita meredamkan effek radiasi ini. Pada gilirannya nanti, justru bumilah yang menjadi korban super egonya kita sendiri dan kehilangan daya dukungnya sebagai penyangga sumber daya alam dan hayati.

• Planet Sebagai Tempat Tinggal Alternanif

Untuk itulah manusia (Negara Negara beriptek canggih) mencoba terus melakukan ekspedisi untuk mensiasati keramahan planet selain bumi di sistim tata surya kita. Contohnya adalah aktifitas The European Space Agency (ESA) yang telah menyeleksi 4 misi baru untuk berkompetensi pada rencana peluncuran pesawat ruang angkasa yang akan dimulai tahun 2020 nanti. Misi misi tersebut diutamakan untuk aspek yang luas, seperti penelitian lubang hitam, sampel asteroid, studi tentang orbit planet dan bintang bintang yang jauh.


Nama nama untuk rencana penjelajahan tersebut telah disiapkan, antara lain - Loft, STE-Quest, MarcoPolo-R, dan Echo – Nama kode misi bisa berubah setelah mereka terpilih dari seleksi. Menurut Fabio Favata direktur Esa's Science Planning and Community Coordination Office, kantornya telah menerima 47 proposal. Konsep misi misi tersebut bersama sama dengan peneliti dari luar Eropa, yaitu :
Large Observatory For X-ray Timing (Loft): Merencanakan misi setelah pergerakan menuju black hole dan meneliti lingkungan berenerji tinggi di sekitar black hole, yang kaya akan neutron dari bintang dan pulsar, keduanya adalah materi yang dapat menghasilkan berkas sinar X. Dengan penelitian emisi ini, ilmuwan dapat menjawab petanyaan berhubungan dengan fisika fundamental, mereka juga dapat mengungkapkan efek bila materi memasuki mean gravitasi yang kuat. Mereka juga dapat mengukur lebih akurat massa dan pusingan black holes. Black hole inilah yang disepakati sebagai obyek terbesar di jagad raya.

Space-Time Explorer and Quantum Equivalence Principle Space Test (STE-Quest): Misi ini bertujuab mempelajari obyek obyek fisika. Salah satu dari konsep di atas perlu di uji dengan "the equivalence principle", yang menjadi penunjang asumsi fundamental, termasuk pendapat bahwa gravitasi dapat mempercepat semua objek dalam ruang vakum, meski objek objek tersebut belainan masanya. Dave Scott astronot Apollo 15 pernah endemonstrasikan masalah tersebut diatas , ketika dia menjatuhkan sebuah palu dengan bulu di bulan pada tahun 1971.

MarcoPolo-R: Misi yang diprogramkan adalah mengambil sampel asteroid dan mengembalikan ke bumi, tetapi tidak ntuk asteroid yang telah lama terbentuk (primitive asteroid). Hal ini karena pada hampir semua asteroid purba mengandung geochemistry yang tidak bisa dianalisa di bumi. Asteroid mampu dijadikan referansi tentang kondisi awal terbentuknya Tata Surya (Solar System), serta materi awal sebagai bahan pembentuk planet milyaran tahun lalu. Salah satu asteroid yang menjadi sasaran Marco Polo adalah (175706) 1996FG3. Ukuran batu ini mencapai diameter maksimal 1,5 km.

Exoplanet Characterisation Observatory (Echo): Proyek ini menggunakan teleskop 1,2 m diameternya yang digunakan untuk mempelajari planet yang jauh dari matahari. Planet planet terseut disebut dengan eksoplanet. Hingga kini kita belum tahu informasi planet tersebut. Kejasama antara AS dan Negara Negara Eropa tentang penjelajahan ke planet MARS telah ditangguhkan, sesuai dengan permintaan pemerintah AS yang mengajukan keberatan pendanaan. Swpweti diketaui, bahwa mereka berdua sepakat untuk mengirimkan 2 kendaraan penjelajah ke Panet Merah tersebut pada tahun 2018. Meski Negara Eropa telah selesai merancang kendaraan penjelajah tersebut.
Menurut laporan US National Research Council dengan besar dana yang dianggarkan sebesar 3,5 juta dolar AS dinilai cukup tinggi. Padahal mereka telah memasuki tahap penjelajahan planet planet, namun dengan demikian program ini ditunda sampai batas yang belum diketahui. Oleh karena itu mereka memutuskan untuk memodifikasi atau memastikan dengan dana yang dianggarkan, sesuai dengan situasi pentingnya misi penjelajahan tersebut.

.Nampaknya kesepakatan tersebut belum menemukan sesuatu yang diharapkan bersaman tetapi di satu sisi Nasa dan Esa mereka memiliki kepentingan untuk menjelejahi dan mendaratkan kendaraan mereka di Mars. Mereka memiliki keyakinan adanya misi Mars dengan biaya 2,5 juta Dol;lar AS.

• Penelitian Batuan Benda Angkasa

Professor Squyres, dari Cornell University, telah melaporkan kerja timnya yang dinamakan Vision and Voyages for Planetary Science in the Decade 2013-2022 pada Lunar and Planetary Science Conference (LPSC) in the Woodlands, Texas pada Bulan Maret tahun ini.

Meskipun mereka hanya mengajukan rekomendasi tentang kepentingan luas dari program AS planetary science community dan memberikan konsultasi tehnik pada program NASA. Terutama ambisi NASA dan Esa untuk mengambil contoh batu di Mars dan dipelajari di bumi, Sehingga program tersebut di atas bakal diintensifkan dan direalisasikan tahun 2018. Sementara itu program ExoMars (kendaraan robot Mars) Eropa, diutamakan pada penjelajahan permukaan Mars untuk meneliti kemungkinan adanya kehidupan. Mereka juga melakukan uji coba kendaraan robot penjelajah buatan Amerika (Max-C), yang bertugas menhambil batu Mars

Ide untuk membawa . ExoMars dan Max-C dalam satu roket untuk bersama mmelakukan pendaratan di Mars, harus disesuaikan keadaan AS dalam ruang lingkup peninjuan kembali proyek ini. Permohonan peninjuaan ini digagas oleh Kongres AS untuk mengurangi dana proyek iniuntuk 5 – 6 tahun mendatang.
• Stasiun Ruang Angkasa Internasional
Pesawat ruang angkasa milik Sovyet Soyuz telah melakukan docking (merapat) dengan Stasiun Ruang Angkasa Internasional (International Space Station ), paada tanggal 17 Desember 2010 silam. Pesawat tersebut membawa tiga personil laboratorium angkasa. Soyuz diluncurkan dari Kazakhstan pada Hari Rabu 17 Desember 2010 yang diawaki Wednesday Catherine Coleman dari AS, Dmitry Kondratyev dari Rusia dan Paolo Nespoli dari Italia. Docking berlangsung di ketinggian 355 km di atas West Africa.
Dua astronot Rusia dan satu dari Amerika telah terlebih dahulu menempati ISS, sehingga sekarang kesemua awak Soyuz tersebut berjumlah 6 astronot. Setelah th 2011, telah disepakati bersama hanya Soyuz, yang bisa mengangkut krew ke ISS.
• Mencari Isyarat Kehidupan di Benda Angkasa

Ilmuwan hingga naskah ini disusun belum menemukan bukti yang kuat tentang dugaan pegunungan es yang ada di Titan Bulan Terbesar Planet Saturnus, demikian laporan BBC News seksi iptek. Peralatan untuk pengamatan benda angkasa luar, yang disebut The Casini telah menemukan bintik (gunung) yang berketinggian 1500 meter dengan celah di tengahnya yang sangat dalam, yang terlihat seperti parit raksasa untuk mengalirankan material yang ada disekelilingnya.

Tampakan gunung tersebut yang diberi nama The Rose, telah dilihat dengan radar inframerah jarak jauh. Titan telah lama diduga sebagai benda langit yang kaya akan gunung (cryovolcanoes), tetapi karena tajamnya atmosfer Titan terhadap kehiduypan manusia, maka kebenaran ini sulit untuk dibuktikan. Dan berdasarkan penelitian ini para ilmuwan menjadi penasaran tentang aktifitas gunung di Titan dan juga termasuk jenis lavanya

Sebagian besar lapisan luar Titan adalah air es dan Ammonia, oleh karena itu mereka menduga bahwa kedua zat tersebut mungkin dimuntahkan oleh gunung tersebut yang memiliki suhu rendah, demikian pernyataan Dr Randy Kirk, salah seorang ilmuwan team radar Cassini dari US Geological Survey (USGS). Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa material yang ada di Titan bukan material organic, mungkin saja hanya zat lilin atau bahan plastic.

Sebelum penemuan ini memang telah diduga bahwa terdapat gunung es di Titan, tetapi pendapat ini belum mendapat dukungan Internasional karena kendala fidik berupa temperature atmosfer Titan yang mencapai – 180 derajat Celsius.
Voyager 1, pesawat ruang angkasa yang paling jauh berkelana di luar bumi, kini pada tanggal 14 December 2010, telah mencapai batas Sistim Solar kita di alam semesta ( Last updated at 04:43 GMT) . Sehingga kini Voyager menempuh jarak 17.4 milyar km (10.8 milyar mile) dihitung dari bumi.

Dalam pengembaraan ini Voyager berhasil mendeteksi perubahan aliran partikrl partikel yang mengelilinginya, partikel tersebut berasal dari matahari, hal ini menunjukan bahwa Voyager berada lebih dekat dengan ruang interstellar ruang angkasa, atau ruangan di jagad raya yang berada diantara 2 bintang.
Dr. Edward Stone, seorang ilmuwan Voyager (Voyager project scientist), menyatakan bahwa pengembaraab dan penerapan iptek berhasil diperoleh setelah 33 tahun peluncuran Voyager ( Diluncurkan tahun 1976 ). Selanjutnya Dr Stones menjelaskan bahwa hingga kini kita tidak memiliki pengetahuan hingga sampai jarak berapa kita mampu menginjakan kaki di luar batas tata surya kita. Pernyataan tersebut disampaikan pada forum “the American Geophysical Union (AGU) Fall Meeting”, sebuah organisasi ilmuwan tentang bumi yang terbesar di dunia.
• Penjelajahan Hingga ke Batas Tata Surya
Seperti kita ketahui bersama, bahwa Voyager 1 diluncurkan 5 September 1976 disusul kemudian Voyager 2 pada 20 August 1977. Hasil dari Pengembaraan Voyager tersebut diantaranya adalah pengamatan bagian luar Planet Jupiter, Saturn, Uranus dan Neptune, yang berhasil diselesaikan sempurna pada tahun 1989.
Kedua Voyager berhasil mengamati ruang angkasa secara lebih cermat, khususnya mencoba meneliti tentang pusat Galaksi Jalan Susu. Dengan tenaga panel radioaktif mereka berhasil mengirim data berkesinambungan ke bumi, meski karena jarak yang jauh komunikasi gelombang radio memerlukan waktu selama 16 jam.
Hasil observasi terakhir dari Voyager 1 dengan menggunakan peralatan pendektesi partakel ruang angkasa yang bermuatan didapatkan laporan tentang kecepatan partikel solar bermuatan. Alur partikel solar tersebut membentuk sebuah balon/gelembung yang melingkungi tata surya kita yang disebut dengan heliosphere. Badai partikel tersebut bergerak dengan kecepatan "supersonic" hingga membentur “gelombang kejut” atau “termination shock”.
Pada saat badai partikel matahari tersebut membentur terminal shock, maka kecepatan badai akan berkurang drastic dan akan menghangatkan suhu di tempat tersebut sehingga dapat menghangatkan tempat yang disebut sebagai heliosheath. Voyager sekarang telah menemukan tempat yang rendah kecepatan badai matahari tersebut bahkan tak bergerak Dari berbagai Sumber).

Rabu, 02 Maret 2011

Gunung Di Dasar Laut

Kira kira sebesar 5 % lautan di bumi tertutup dengan gungun di bawah laut, puncak gunumg tersebut mencapai 1000 m di atas dasar lautan, sebanyak 16 % persen gunung tersebut tertutup bukit bukit di bawah laut.

Gunung di bawah laut (Seamounts) dan bukit bukit sangat penting tetapi masih sedikit studi yang dilakukan untuk mempelajari lautan. Luas pegunungan tersebut hampir menyamai Rusia atau seluas semua wilayah tropis di bumi. Details mengenai gunung ini bisa dibaca di journal Deep-Sea Research Part 1.

Seamounts adalah gunung bawah laut atau "undersea mountains", bentuk gunung ini meruncing hingga 1000 m di atas dasar laut. Sedangkan perbukitan disekitarnya juga berbentuk meruncing namun berukuran lebih kecil. Baik perbukitan dan gunung tersebut sangat penting untuk keanekaregaman hayati lautan. Hal ini dikemukan oleh Dr Chris Yesson dari komunitas Zoological Society of London, yang memimpin penelitian gunung tersebut.

Menurut pendapat paling akhir baik gunung dan perbukitan tersebut berjumlah ribuan atau beberapa ratus ribu. Variasi tersebut disebabkan cara pandang berbeda dalam meneliti dan jumlah data yang ada. Akhirnya Dr Yesson dan koleganya menggunakan data dari peta bawah laut US Geological Survey. Proyek pemetaan dasar laut tersebut dibuat dengan skala ketelitian 1 kilometer dan bisa mengidentifikasi kedalaman dasar laut.

Team Dr Yesson menggunakan peta dan menguji secara detail, mengadakan juga penelitian bentuk bentuk puncak gunung bawah laut, untuk membedkan gunung atau bukit bawah laut. Untuk menguji peta tersebut, tim Dr. Yesson menguji kembali kedalaman lautan. Dengan dasar ini tim tersebut bisa menjumlah gung bawah laut berdasarkan kedalaman lautan dengan ketelitian yang lebih rendah atau difokuskan per wilayah. Sehingga bisa mendapatkan data jumlah gunung di bawah laut secara global.

Seperti diketahui bahwa junlah gunung di bawah laut adalah sebesar 33.000 dan 138.000 bukit, gunung tersebut menutup 4 , 7 % dari luas lautan dan bukit bawah laut menutup 16, 3 % dasar lautan.Hanya sekitar 250 gunug yang sudah dilakukan survey biologis atau hanya kurang dari 1 %.

Gunung bawah laut adalah sebuah area yang tinggi kekayaan sumber hayati seperti kerang kerangan dan hewan spong yang merupakan makanan ikat dan hewan lainnya.
BBC News, 2 Maret 2011

28 Miliar Dollar Dana Pendidikan Dunia Yang Terhambat


Adanya peperanga di dunia mengakibatkan dana pendidikan sebesar 28 Milyar US Dollar dari United Nation (PBB) untuk pendidikan menjadi terhenti, hal ini disebabkan sering terjadi kekejian seksual dan penyerangan terhadap sekolahan di dunia.
Laporan ini dikmukakan badan PBB dir EPUBLIK Demokratik Congo, sebagai wilayah yang paling buruk di dunia dalam hal perkosaan. Sepertiga kasus perkosaan dunia terjadi di Kongo, menurut laporan Unesco.

Selanjutnya Unesco melaporkan hingga tahun 2015, Afrika membutuhkan 2 juta guru baru.Di bagian Tenggara "Democratic Republic of Congo” diperkirakan setengah dari anak usia sekolah telah drop-out.

Akibat perkosaan ini banyak meninggalkan korban yang terluka dan menyebabkan ketakutan pada anak anak perempuan

Dana Untuk Militer dan Pendidikan



Banyak milisi milisi yang mengukuhkan symbol kekuasaan dengan menyerang desa dan menghancurkan sekolah dan balai pengobatan

Selanjutnya Unesco melaporkan bahwa penghancuran sekolah di Afganistan telah naik sebesar 77% dari 347 kasus di tahun 2008 menjadi 613 du tahun 2009. Sementara itu di Yaman telah terjadi pengrusakan 220 sekolah. Hal ini menyebabkan seharusnya The International Criminal Court untuk lebuh aktif lagi dalam membrantas kekejian seksual ini dan segera dibentuk Komisi Internasioanal untuk membrantasnya

Dengan demikian permasalahan dana untuk pendidikan seharusnya menjadi topic yang utama. Hal ini disebabkan terdapat 21 negara ternmiskin yang membenjakan dananya untuk militer ketimbang untuk pendidikan. Contohnya Negara Chad membenjalkan dana 4 kali untuk militer ketimbang pendidikan.
Begitu pentingnya dana pendidikan hingga selama 10 tahun pembenahan di Ethiopia, dengan dana sebesar 4 milyar mampu mengurangi signifikan anak sekolah yang drop-out.
BBC, 1 Maret 2011.